Selasa, 26 Februari 2013

Sekilas Catatan Di Masa Putih Biru


FIRST DAY IN SMPS ANTAM POMALAA



13 juli 2008

Rambut  yang di kepang berjumlah 38 tidak boleh kurang dengan pita berupa tali raffia, kalung kaleng berisi 3 butir kelereng, papan identitas dari sobekan kardus, ikat pinggang tali raffia, kaos kaki bola berbeda warna, tas karung, topi kerucut, dan sepatu bertali raffia. Itulah penampilan para calon siswi masa orientasi sekolah (MOS) di SMPS ANTAM. Bagaikan ondel-ondel berjalan. Masa orientasi adalah masa dimana para calon murid di perkenalkan tentang calon sekolah mereka, lalu di uji mentalnya dengan perintah-perintah yang di berikan oleh kakak senior(kakak kelas). MOS di lewati Dira dengan baik, dia mendapat gugus biologi sedangkan Nur Asmi Rachmawaty yang kerap di sapa Mimi, sahabatnya dari SD di gugus matematika. Setiap hari mereka selalu datang bersama, kebetulan rumah Mimi pada saat itu berjarak sangat dekat dengan sekolah, tepatnya di depan sekolah. Mereka berdua adalah sepasang sahabat yang bisa di bilang LUGUH. Mereka selalu mengembangkan senyum meskipun kepada orang yang tidak mereka kenal, mereka berdua adalah sosok yang PEDE tapi Nyata. Suatu ketika dengan pedenya mereka berdua mengenakan lengkap semua atribut MOS nya dan pergi mengendap-endap ke sekolah lain hanya untuk bertemu tetangganya dan pasang muka polos*SINTING. Itu mungkin anggapan orang-orang yang memiliki rasa malu yang tinggi.
MOS bagi sebagian orang yang merasakannya ada yang menganggapnya sebagai moment yang indah, membosankan, biasa saja, bahkan mengerikan. Tapi tidak bagi Dira, masa OSPEK baginya adalah masa-masa indah dimana dia pertama kali dapat mengenal dan di kenal serta mendapatkan salah seorang sahabat barunya. Al Putri Yana Wulandari yang di sapa Puput.
Pertama kali ia kenal dengan Puput, yaitu saat ia dan Mimi pasang gaya di depan gugus. Sebenarnya Dira dan Puput satu gugus namun Dira tak terlalu menyadarinya karena Puput sosok yang sangat pendiam. Mimi dan Puput adalah teman kecil sewaktu SD dahulu di GEBE, Maluku utara. Mereka berdua bukan asli sana tapi mereka dan orang tuanya adalah perantauan dari pabrik ANTAM. Kini orang tua keduanya di pindahkan tugas oleh ANTAM ke pomalaa, Sulawesi tenggara.
            Mimi pernah berkata pada Dira kalau ia memiliki teman SD yang pintar menggambar dan itulah Puput. Sewaktu Mimi mengenalkan Dira pada Puput, caranya sungguh tragis*aneh! Kesannya SKSD banget. Tapi itulah awal kedekatan dari mereka bertiga: Mimi, Dira, Puput, yang akan menjadi awal persahabatan mereka.
TRIO MAGICAL….(HEBOH DAH!)


01 agustus 2008
Saat pertama kali pembagian kelas, Dira, Mimi, dan Puput mendapat kelas yang sama yaitu VII unggulan. Tapi terlihat jelas di wajah Mimi, ia kecewa karena ingin mendapatkan kelas yang lebih tinggi yaitu percobaan axelerasi. Namun itu tak terlalu mengecewakan sebab dari kelas itulah Mimi, Dira, dan Puput bersatu. Mereka di sebut magical doremi, teman-teman mereka hanya asal-asalan saja tapi yang sebenarnya adalah mereka sangat menyukai film cartoon MAGICAL DOREMI sampai-sampai mereka rela untuk bolos setiap hari jumat demi menonton film cartoon MAGICAL DOREMI yang di putar setiap jam 10:00 WITA. Pernah mereka bolos dan ketahuan oleh salah seorang  guru di sekolah tersebut yaitu, pak Irfan dan kebetulan pula asma Puput kambuh tapi karena guru itu menunjuk ke arah kami seketika Puput langsung sembuh dan berlari dengan kecepatan kuda*ajaib.
Pernah pula sepatu putih Dira disita namun dengan liciknya mereka diam-diam mencuri sepatu tersebut dari ruang guru namun karena mereka nakal tapi ANEH-ANEH, dengan polosnya mereka mengembalikan sepatu itu lagi ke ruang guru*payah.
Mereka sering manjat pohon di samping sekolah sampai celana olahraga dan rok mereka sering sekali robek sampai* mereka bosen jahit baju terus. Ada kejadian waktu Mimi dan Dira mengajak Puput untuk kabur lewat jendela,tapi  Puput selalu menjadi penasehat sekaligus penakut sih saat itu tapi keduanya sangat nakal dan akhirnya karena keras kepala Mimi dan Dira jatuh dari jendela dan masuk kedalam tong sampah kayu bersamaan, alhasil Mimi dan Dira *membombe(gak mau ngomong sama Puput selama 1 hari, gilaakkk). Mereka juga pernah di keluarkan dari kelas selama mata pelajaran biologi berlangsung, bukan karena mereka nakal seperti apa tapi itu sebenarnya kesalahpahaman belaka namun hanya Dira dan Mimi yang menangis, Puput malah taruhan uang seribu dengan beberapa kakak kelas laki-laki yang memperkirakan apa yang terjadi pada mereka yang sedang menangis.*gileekk. Tapi karena itu mereka bertiga bertekad untuk cemerlang di mata pelajaran BIOLOGI dan menjadi akrab dengan guru tersebut.  Mereka juga sudah pernah merasakan mantapnya stempel penggaris kayu raksasa di betis oleh bu guru seni, bu yulita. Soalnya hanya mereka yang berjiwa jujur apa adanya, satu kelas tidak ada yang mau mengaku kalau mereka semua hobinya jalan saat pelajaran berlangsung di dalam kelas maupun di koridor sekolah.*huh.:P
Banyak sekali kenangan tentang mereka, tak mampu tergambarkan bagaimana kedekatan persahabatan yang sangat polos itu, ketiga anak cupu yang akhirnya mampu berjuang bersama, menjadi sosok yang di kenal, menjadi sosok yang aktif dalam kegiatan, dan menjadi ketiga sosok yang berdiri bersama diatas panggung bersama mendapatkan gelar juara 1, 2, dan 3 di ujian akhir semester 2 kelas VII di SMPS ANTAM. Tak dapat tergambarkan bagaimana kebahagian mereka, mendapat tepuk tangan dari orang-orang yang berada di gedung gelora saat itu beberapa di antara sorakan itu berkata “hebat, bersahabat ketiganya juara”. Dira, Mimi, dan Puput hanya tersenyum puas dan merayakan keberhasilan mereka dengan konser lagu kebangsaan merea “west life: my love dan I have a dream” dengan lagu pendukung “ridho roma: sekian lama”. *stress. Tapi itulah mereka dengan segenap keunikan yang mereka miliki yang tak dapat tergantikan oleh siapapun.

Story about rainbow



Penulis: Indira Yunita Alie
Rain+ Sun = Rainbow

                Auri adalah seorang siswi SMU kelas XI IPA 3 yang dikenal pendiam. Namun bukan berarti tidak ada yang mau berteman dengannya. Karena sebenarnya, dialah yang membuat jarak antara dirinya dan teman-temannya. Itulah yang menyebabkan ia lebih sering menyendiri tanpa teman. Hingga akhirnya, seorang anak baru bernama Dinda mulai memasuki kehidupannya yang dahulu biasa ia lakukan seorang diri. Dinda yang ceria, supel dan mudah bergaul sangat kontras dengan sifat yang ia miliki. Dinda yang menyukai matahari dan Auri yang menyukai hujan. Banyak perbedaan antara keduanya. Namun, seiring dengan waktu, Dinda kerap kali melakukan hal-hal yang membuatnya mengorbankan diri demi Auri. Padahal mereka baru kenalan, itu adalah sesuatu yang aneh yang baru kali ini didapatkan oleh Auri. Awalnya, Auri tidak ingin ambil pusing dengan segala macam tindakan Dinda. Karena menurut Auri, Pasti ada hal yang diinginkan oleh Dinda hingga Dinda bersikap sok baik seperti itu. Tetapi dugaan Auri ternyata salah. Dinda dengan tulus melakukan semua itu demi Auri, dan ia tidak menyangka dibalik keinginan Dinda itu hanyalah ia ingin menjadi teman baik Auri.
                Auri yang tidak terbiasa dengan seseorang yang peduli padanya dan kehadiran seorang teman membuatnya merasa senang bersama Dinda. Meski selama ini ia tidak pernah ingin mencoba untuk dekat dengan seseorang, namun kehadiran Dinda  membuatnya menyadari sesuatu, hal yang sama indahnya ketika hujan mulai reda.
                Auri tinggal bersama  kakak perempuannya. Dari kecil, mereka diasuh oleh seorang nenek. Mereka telah kehilangan orang tua sejak masih balita. Namun, 3 tahun yang lalu sang nenek meninggal dunia. Hal itu memberikan duka yang mendalam bagi Auri dan kakaknya. Nenek yang selama ini dicintainya telah pergi untuk selamanya, menyisakan beban hidup dipundak sang kakak. Meskipun keduanya telah terbiasa hidup mandiri dan bekerja keras, kali ini mereka harus melakukannya tanpa kasih sayang dari sang nenek.
                Kakak Auri ingin terlepas dari kesedihan duka yang mendalam, ia ingin menjalani hidup dengan tegar dan mendidik adiknya untuk tetap kuat dan bekerja keras dalam hidup. Sang kakak bekerja disebuah restaurant asli Indonesia. Sebelum sang nenek meninggal, Kakak Auri hanya bekerja paruh waktu, namun kini ia mengambil jadwal kerja full time. Hingga, ia dan Auri jarang berkomunikasi seperti dulu. Kesibukan-kesibukan itu tidak lantas menghilangkan kecemasan dalam benak sang kakak. Ia telah menjelma menjadi seorang wanita yang realistis. Intinya, sang kakak ingin membiayai sekolah Auri sampai sarjana. Bukan hal muluk, karena sang kakak tidak ingin melihat adiknya menderita. Ia ingin adiknya bisa sukses dan bahagia kelak. Meski ia tidak sadar bahwa sikap kerasnya yang kini membawa Auri menjadi seorang gadis yang tertutup bahkan hampir tidak menikmati masa-masa remajanya.
                Sepulang sekolah, Auri harus bekerja paruh waktu disebuah toko kebutuhan pokok hingga jam 7 malam. Setelahnya, tentu ia akan pulang lebih awal dan membersihkan rumah. Kakak Auri akan pulang sebelum jam 10 malam. Membuat  ia sudah terbiasa menikmati makan malam sendirian. Sarapan pagi yang menjadi moment kebersamaan antara Auri dan Kakak, walau hanya diisi dengan percakapan ringan atau sekedar basa-basi. Semuanya terlalu sibuk untuk sebuah pikiran “Aku rindu akan kebersamaan kita”
                Hingga suatu hari, ketua osis memberi kabar bahwa ada program Beasiswa Pertukaran Pelajar ke Kanada yang diadakan oleh pemerintah. Program itu berjalan 5 tahun sekali. Indonesia akan mengirimkan 15 orang perwakilan untuk program itu. Setiap daerah mengirimkan 5 orang perwakilan yang akan diseleksi lagi di tingkat nasional. 15 perwakilan pelajar tersebut akan dikirim ke Kanada selama 4 tahun. Disana terdapat pula pelajar lain dari berbagai negera. Lulusan dari program ini akan langsung ditempatkan diantara 3 perusahaan besar di Indonesia. Dan itu adalah peluang bagi Auri untuk berhenti menyusahkan dan memberi beban pikiran pada kakaknya. Dinda pun tidak kalah bersemangat untuk mengikuti program ini.  Mereka akhirnya belajar dan berjuang bersama. Mereka mempersiapkan semua yang mereka butuhkan untuk bisa lolos dan mendapatkan Beasiswa tersebut. Auri belajar keras, sang kakak terus menggenjot dan memompa semangat Auri. Tapi kenyataannya, Auri malah merasa itu adalah sebuah tekanan dan keharusan untuk meraih Beasiswa tersebut. Hari H pun tiba, awal ujian pertama adalah seleksi berkas dan ujian tertulis. Dari 130 peserta hanya tersisa 20 peserta terbaik. Auri berada diperingkat ke 7 sedangkan Dinda diperingkat 14. Ketua osis mereka ternyata berada diperingkat 6. Teman-teman mereka memberi dukungan kepada ketiganya. Itu adalah suatu kebanggaan besar, karena ketiga perwakilan dari sekolah bisa lolos dibabak seleksi pertama dengan nilai yang  memuaskan.
                Babak seleksi kedua adalah test wawancara. Setiap malam kakak Auri mendesak Auri untuk berlatih dan memberikan yang terbaik saat test berlangsung. Namun pada test wawancara, Auri merasa kurang menampilkan pertunjukan kebudayaan yang diminta oleh dewan juri. Walaupun selebihnya, ia bisa memukau para juri dengan jawaban argumentasi yang sangat baik. Sedangkan ia tahu, pastilah Dinda akan menonjol dibidang kebudayaan. Dinda bisa menari dan menyanyi dan pernah mengikuti drama teater dengan baik. Hanyalah doa dan keajaiban yang dapat membuat Auri bisa lolos ketahap berikutnya.
                Sepulang dari test tersebut, Auri tidak langsung berangkat ke toko. Ia singgah disebuah mesjid. Disana ia melihat ada sekumpulan wanita dengan kerudung besar duduk membentuk lingkaran. Awalnya, Auri malu dan enggan untuk berlama-lama di mesjid itu, namun salah seorang dari wanita itu memanggil Auri. Ia pun ikut dalam lingkaran yang ternyata adalah sebuah majelis ilmu akhwat. Auri senang mendengarkan seorang yang disebut murobbiyah menjelaskan mengenai keutamaan seorang wanita. Auri ingat ketika pertama kali ia dan kakaknya menggunakan kerudung. Sang nenek yang mengatakan, jika seorang wanita sudah balig maka ia wajib untuk menutup auratnya. Bahagia rasanya, bisa berlama-lama dalam majelis itu.
                Tibalah hari pengumuman. Dari 50 orang hanya 5 yang akan lolos seleksi ke ibukota. Ketua panitia, menyebutkan nama-nama yang lolos melalui microphone. Dan ternyata Auri tidak lolos, melainkan nama Dinda dan ketua osinya berada diantara nama-nama yang disebutkan. Hancur sudah harapan Auri, ia harus bersiap menahan kekecewaan sang kakak. Ia harus besiap jika seandainya ia tidak bisa lagi melanjutkan sekolah karena biaya. Ia tidak mampu menahan kekecewaannya saat ia memberi selamat pada Dinda, matanya berkaca-kaca. Dinda tahu kalau Auri sangat sedih, Dinda merasa tidak enak hati pada Auri. Ia tidak ingin, hanya gara-gara persoalan Beasiswa ini persahabatannya dengan Auri menjadi renggang. Baru kali ini, ia melihat mata Auri berkaca-kaca. Dinda sadar, selama ini Auri sudah berusaha lebih keras darinya. Dinda pun bicara pada ibunya tentang masalah ini. Dan Dinda akan melepaskan kesempatan emasnya demi Auri, Belum tentu juga pada saat seleksi nasional ia bisa lolos. Toh sang ibu setuju dengan pikiran bijak sang anak. Bahkan sang ibu bangga memiliki anak berhati mulia seperti Dinda.
                Auri pulang kerumah. Ia memberi tahu kakaknya, bahwa ia telah gagal. Saat itu, sang kakak marah besar pada Auri. Ia pikir, Auri tidak bersungguh-sungguh untuk meraih Beasiswa tersebut. Buktinya, Dinda saja bisa maju keseleksi selanjutnya. Hujan deras mewakili perasaannya. Ia mulai menulis lagi pada catatan merahnya. Sajak-sajak yang indah dari hatinya, tentang luka yang selama ini dipendamnya. Air matanya tumpah. Mengapa persoalan ini saja dapat memperumit hidupnya? Apakah ia harus mengorbankan segalanya demi sang kakak? Agar kakaknya berhenti berpikir mereka akan mati tanpa uang! Auri butuh kasih sayang.. Auri rindu senyum hangat sang kakak.. Auri rindu kebersamaan dan kehangatan yang selama ini didapatkannya dari nenek dan kakaknya.. Auri lelah jika terus memendam keinginannya itu!
                Keesokan harinya, Auri mendapat telepon dari pihak penerimaan beasiswa. Ia disuruh datang ditempat itu pukul 11 pagi. Untunglah hari itu adalah hari minggu. Auri pergi ketempat itu agak terlambat, ternyata Dinda juga ada disana beserta 5 orang peserta lain. Dinda terlihat kaget dengan kedatangan Auri. Mereka belum sempat berbasa-basi lalu muncullah seorang juri dan ketua panitia penyelenggara. Mereka menjelaskan kalau ternyata Dinda mengundurkan diri karena kedua orang tua  Dinda berubah pikiran dan tidak menyetujui keberangkatan Dinda ke ibukota untuk tahap seleksi selanjutnya. Karena itu, mereka akan mengambil salah seorang dari peserta cadangan dengan skor tertinggi untuk menggantikan Dinda. Dan orang itu adalah Auri. Ada rasa senang dalam hati Auri tapi ada juga rasa sedih saat mengetahui kalau orang itu lagi-lagi Dinda. Ia melihat Dinda yang terlihat lemas saat itu. Kemudian seorang juri memanggil Auri maju kedepan dan bertanya apakah ia siap atau tidak. Auri masih bungkam, ia memikirkan sang kakak dan Dinda. Sang kakak yang sudah merawatnya dan menjaganya, membiayainya hingga saat ini. Dan Dinda, seorang teman yang baru memasuki hidupnya, yang memberinya kebahagiaan saat bersamanya. Apa yang harus ia pilih? Siapa lagi yang harus ia kecewakan? Apakah sang kakak lagi? Tidak mungkin!
                Dinda berbicara dengan suara yang gemetar. “Auri tidak akan ikut program itu! Auri tidak mungkin berkhianat!” Suasana tegang menyelimuti tempat itu. Auri masih bungkam. “Aku melepaskan semua ini demi kamu Auri! Aku sengaja memberi alasan itu pada mereka, biar persahabatan kita tidak akan renggang karena persoalan ini. Aku tahu kamu juga ingin mendapatkan Beasiswa ini! Tapi tolong, kali ini mengertilah!”. Air mata sudah membanjiri kedua pelupuk mata Dinda. Seorang juri berkata, “Mohon maaf, jadi apakah Nona Auri bersedia menggantikan Nona Dinda?”. Dengan terbata-bata Dinda menimpali. “Tidak, bu. Silahkan cari orang lain saja. Kami berdua tidak bisa mengikuti program ini”. “Ini Impianku” Auri akhirnya berbicara dengan tegas dan lantang. Dinda tersentak. Dengan tangis yang tumpah ia berkata, “Kamu pikir ini bukan impianku juga?! Aku juga ingin Auri! tapi aku melepaskannya demi kamu”. Air mata Auri akhirnya tumpah juga, “Tolong, urus keberangkatan saya. Saya serius untuk mengikuti program ini.” Dinda tidak percaya akan apa yang didengarnya keluar dari bibir Auri. Dari seseorang yang dianggapnya teman.
“Aku salah.. ternyata selama ini kamu tidak pernah menganggapku sebagai temanmu!” Dinda pergi dari tempat  itu dengan perasaan kecewa. Ia tidak berhenti menangis sampai ia tiba di rumahnya. Ibu Dinda khawatir karena dengan penampilan kacau sang anak langsung mengunci kamar.
                Dinda mengenang semua kisah yang pernah dilaluinya bersama Auri. Ternyata, Auri sama sekali tidak pernah menganggapnya Teman. Meski Dinda telah mencoba memberikan segalanya demi Auri. Semua yang dilakukannya sia-sia. Apa yang salah dengan sikap Dinda? Apa ada yang salah dengan keinginan Dinda untuk mendapatkan teman sejati? Ataukah memang Auri yang keterlaluan. Jahat sekali dia! Dinda tidak bisa melupakan kejadian hari ini. Sungguh, ia sangat sakit karena perlakuan seseorang yang telah dianggapnya sebagai teman.
                Dilain sisi, Perasaan Auri tidak lebih baik dari Dinda. Ia sedih karena ternyata dirinya membuat Dinda akan pergi dari hidupnya. Namun, ia juga tidak bahagia ketika ia bisa meraih kesempatan beasiswa demi kakaknya. Perasaan marah, kecewa, sedih, dan putus asa menghampirinya .Disepanjang jalan ia memikirkan semua yang telah terjadi. Tentang sang kakak dan kebersamaan yang ia dapatkan dari seorang teman. Seseorang yang dengan tulus menyayanginya. Yang tidak pernah ia dapatkan dari orang lain.
                Dirumah, kakak Auri tidak sengaja membaca sajak-sajak yang ditulis oleh Auri. Sajak-sajak tentang hujan dan tentang luka yang selama ini ia simpan. Tentang Auri ygang berusaha tegar seperti hujan dan seabrek kalimat tentang hujan yang memberikan banyak hal pada diri Auri. Begitu pula, sakit yang Auri rasakan karena sikap keras sang kakak. Sang kakak tidak habis pikir, seperti ini yang dialami adiknya? Ia tidak sadar telah membentuk karakter dingin sang adik. Ia bertekad untuk memperbaiki semuanya, memberikan kehangatan, kasih sayang dan tidak lagi memaksakan kehendaknya pada sang adik.
                Auri tiba di rumah. Ia kaget ketika mendapati kakaknya berada dirumah. Auri merasa aneh, tiba-tiba kakaknya bersikap sok baik padanya lagi. Ia sudah lelah dengan semua yang terjadi hari ini. “Kak.. berhentilah bersikap seperti ini padaku! Bukankah kakak sibuk mencari uang? Sudahlah, tidak usah pedulikan aku lagi”. Sang kakak tidak menyangka Auri akan berkata kasar seperti itu. Tapi sang kakak mencoba bersabar. “Kakak tahu kamu membutuhkan kasih sayang dan kakak melupakan itu. Kakak berjanji akan mengubah sikap kakak”.
Mendadak, Auri merasa emosinya naik saat kakaknya berkata “Melupakan Auri yang membutuhkan kasih sayang”. Auri membentak sang kakak. “Aku tidak perlu itu! Bukankah kakak yang telah membuat aku seperti ini?! Asal kakak tahu, Aku sudah mendapatkan kesempatan Beasiswa itu.”
“Benarkah?” Kakak Auri tidak percaya. “Ya dan karena itu aku kehilangan orang yang tulus menyanyangiku! Aku udah kehilangan semuanya kak! Kemana kakak saat aku terpuruk? Tidak ada kak! Dinda melepaskannya semua demi aku, dan karena kakak. Aku telah membuatnya marah besar padaku! Kak, aku tidak pernah memiliki seorang teman. Dan saat aku mendapatkan teman, kakak merampas kebahagiaanku!” Auri dan kakaknya Menangis.
“Maafkan kakak, Auri! Kakak tidak pernah bermaksud membuatmu seperti ini. Kakak menyanyangimu. Maafkan kakak..” sang kakak memeluknya. Pelukan yang selama ini dirindukannya.
Mereka menangis dalam hening malam dan derai hujan yang membekukan suasana. Setidaknya, malam itu telah meruntuhkan jarak yang tercipta antara Auri dan Kakaknya. Sedikit demi sedikit, kehangatan mulai mencairkan suasana.
Saat Auri kesekolah, ternyata Dinda tidak masuk. Ada yang hilang dari dirinya. Ia semakin merasa bersalah pada Dinda. 3 hari berlalu, dan tidak ada kabar pula dari Dinda. Sore hari, Auri mengikuti majelis ilmu lagi. Kebetulan sekali yang dibahas adalah persahabatan. Sepulang dirumah, Auri merenungi kembali jalinan persahabatannya dengan Dinda. Merenungi tiap kisah yang pernah mereka bingkai. Tentang ketulusan yang selama ini melindungi persahabatan mereka. Auri merindukannya. Merindukan tiap tawa Dinda. Keesokan harinya, Dinda masuk sekolah. Auri merasa lega tapi mereka tidak saling bicara. Dinda pindah ditempat duduk Wiwid. Tawa Dinda tidak pernah lagi Auri lihat. Ia tidak ingin kehilangan Dinda. Tidak ingin!
Disebuah taman mesjid. Auri duduk merenung. Berbait-bait sajak ia tuliskan. Kakak murobbiyah mendatanginya. Auri menceritakan masalahnya dengan Dinda. Dan sang kakak memberikan petuah-petuah yang membuat Auri merasakan apa yang dinamakan persahabatan.
Keesokan harinya, Auri berusaha menarik perhatian Dinda. Namun selalu saja gagal. Tapi Auri tidak akan menyerah. Auri akan berusaha agar Dinda mau menjadi temannya kembali. Berbagai cara ia lakukan, sampai yang konyol pun. Tapi, itu tidak serta merta membuat Dinda memaafkannya.
Suatu hari, Dinda mendapat kiriman dari Auri. Rangkaian lipatan burung-burung warna warni dari kertas  lipat yang berisikan sajak tentang persahabatan Dinda dan Auri  dari awal mereka berjumpa hingga hari ini Auri merindukan persahabatannya dengan Dinda. Lalu Auri memasukkan semua itu didalam sebuah kotak dengan pita berwarna merah, beserta selembar foto Auri dan Dinda. Dibelakang foto itu tertulis “Persahabatan yang indah seperti pelangi kehidupan. Auri-Dinda”. Dinda tidak tahan lagi untuk menangis. Setiap butiran bening yang jatuh dipipinya mewakili kerinduannya pula pada kisah-kisah indah bersama sahabatnya. Semua terungkap lewat sajak indah Auri, tentang apa yang sebenarnya terjadi. Tentang luka yang selama ini dipendamnya. Semuanya mengalir, beban pada relung hatipun ikut mengalir tanpa riak. Bahagia menyeruak didalam hati, akan berita bahagia hari ini. Tentang seorang sahabat yang telah kembali.
Pagi itu, Dinda dan Auri duduk berdua disebuah taman. Semilir angin mengibaskan ujung kerudung keduanya. Dinda berkata, “Dulu, aku pernah bilang. Aku menyukai matahari, Jika hujan turun.. Dan aku tidak melanjutkannya.” Auri bertanya, “Kenapa kamu tidak melanjutkannya?”. “Karena aku baru tahu kelanjutannya hari ini.” Auri tersenyum, “Apa itu”.
“Aku menyukai matahari, jika hujan turun aku akan menunggu degan senang hati. Hingga hujanpun reda, kemudian matahari kembali menyapa. Membiaskan sinarnya pada derai hujan yang tersisa dan pelangipun tercipta. Pelangi yang indah seperti yang kau katakan”
Setiap warna, mewakili setiap rasa.. Dan setiap rasa itu, indah bersamamu sahabat

Dialog Drama Jaka Tarub versi saXti

saXti Production
Jaka Tarub
Drama of XI Exact Three




Narator: Indira Yunita Alie
“Before we started our show, I will introduce myself and the characters first.”
1. Rizalul Fiqri Prakoso as Jaka Tarub
2. Astrid Dwi Pratiwi as Nawang Wulan
3. Devian Apriani as Fairy 1 and Kumalasari
4. Hijranul Aryanto Arif as Big Tree
5. Muawiah as Nyi Randa
6. Cahya Prasetyo Aji as Golden Bird
7. Magfirah Maulani as Fairy 3
We hope you can enjoy with our show. This is a drama of "Jaka Tarub"
Note (Hijranul Aryanto Arif) :
if you want to live happiness with the person you love. Simple, Don’t ever lie, you must be honest with yourself and truly behold to get the things you want.
Scene 1 #
Once upon time in a green village, there lived a widow named Nyi Randa Tarub, she lived with her son named Jake Tarub who like hunting in the forest.
Jaka Tarub : Mom, I want to hunt in the woods
Nyi Randa : Yes ,Honey. Be careful
Scene 2
Amid the forest, Jaka Tarub heard some giggles and laughs of some girls. He was curious, so he peeped through the bushes. There ware seven fairies in a lake were having a bath, They’re from the heavenly kingdom of kahyangan. Jaka Tarub saw a scarf near the bushes. It belonged to one of the fairies. Jaka Tarub then took it and hide it.
Fairy 1: My younger sister! Come here.. Lets take a bath right here, ok
Fairy 2: Hahaha,.Ok, the water was too cool.
Fairy 3: Yes sis ....
Jaka Tarub: Hah..! All of the girls are beautiful. Are they fairies?, Mmm... I must have one of them. What is that? Is it Shawl? I must Hide one of it!”
Fairy 1: Sis the day is going to dark, Let’s get back. Hurry!”
Fairy 2: Wait me. Where is my shawl ? Oh God my scarf is missing.
Fairy 3: Missing..? How is possible?
Fairy 2: Oh no..! Where is my shawl?
Fairy 3: Oh .... It was dark, we should go from here. We can not do anything, Wulan
Fairy 2: Please wait me! Don’t leave me
Fairy 1: Forgive us Wulan. You’ll have to find it by yourself. We will wait for you in kahyangan”
Scene 3#
The other fairies then flew to the sky and leaving Nawang Wulan behind. Nawang Wulan crying. She was so sad. And then, Jaka Tarub come to ask Nawang Wulan.
Jaka Tarub : Excuse me, are you okay?
Wulan : Who are you?
Jaka Tarub : My name is Jaka Tarub. I life near in here. I heard you crying, so I came to see what
happen with you
Wulan : I'm an angel from khayangan, My name is Nawang Wulan and my shawl was lost, my
sister left me. I do not have anyone.
Jake Tarub : Don’t be sad, Wulan. Do you want to life at my home? I have a good mother, she will
happy with you.
Wulan : Oh, Thank you
Scene 4#
Finally Nawang Wulan follow the Jaka tarub going home, Nawang wulan Do Not know if jaka tarub who took the shawl. Arriving at home of jaka tarub. The mother surprised to see Jake tarub carrying a woman.
Jaka Tarub : Jaka coming Home, mom
Nyi Randa : Yes Tarub. Oh God, wherever you are, and who is she?
Jaka Tarub : Calm down instead, I was find Wulan alone in the forest, may she live here, Mom?
Nyi Tarub : Oh, Sure. She is a beautifull girl
Wulan : Thank you, Nyi
Scene 5#
Day by the day passed, finally Jaka Tarub married Nawang Wulan, but their happiness disturbed because after they were married not long after that Nyi Tarub died.
Jaka Tarub : Wulan, I wanna tell you about my feeling
Wulan : What is it?
Jaka Tarub : It is about you and me
Wulan : Don’t make me curious, Jaka
Jaka Tarub : Would you like be one and only in my heart and the mother of my children? Will you
marry me?
Wulan : Yes, I would
Scene 6#
After a year, they had a beautiful daughter. They named her Kumalasari. They lived happily. Day by day, Kumalasari growth. One day, Nawang Wulan had lost her power. She couldn’t cook rice with only a single paddy. Their paddy supply was slowly lessened. Their barn was almost empty. One day, Nawang Wulan went to the barn to get some paddy. When she took one of them, she found a shawl.
Wulan : Kakang Tarub , I want cooking the rice .
Jaka Tarub : Please take care and do not you go to steam it.
Wulan : Oh, How can I do?
Jaka Tarub : Okay I will look after I finish to work. Don’t get it by yourself. Wait me a minute.
Wulan : Now I can not cooking rice only from a sprig of rice. I had to pound rice.
Kumalasari : Mom, I wanna eat. I’m hungry.
Wulan : Wait your father, Darling
Kumalasari : Huhuhu.. I’m so hungry mom. Where is the meals?
Wulan : Kang! Kang Jaka..!”
Kumalasari : Mom.. Huhuhu
Wulan : Kang! Kumalasari is so hungry. You’re so late! I will take the rice by myself.
Wulan : Oh Darling... Oh My God! This is my shawl! oh, Kang Jaka! But why is he pretend not to
know anything?
Jaka Tarub : Don’t do it!
Wulan : I will back to khayangan
Jaka Tarub : Wulan, I was wrong ....! I apologize for that. I’m so sorry, honey
Wulan : You have cheated me so far Kakang!
Jake Tarub : oh Nawang Wulan, can we talk first?
Dewi : notKakang ...! my fate is as an angel and I have to go back to khayangan
SCENE 7#
With hearts broken Jaka Tarub watching his wife flew. So that is the story Tarub Tarub and Dewi Nawang Wulan. Then, he sit under a big tree with his daughter. The tree ask him and want to help him.
Jaka Tarub : Huhu.. My wife.. Huhu
Kumalasari : Dad, where is Mom? I’m Hungry Dad... huhuhu
Jaka Tarub : This is a banana, you can eat, my child. Forgive me, Kumalasari. I’m so love my wife.
The Tree : Hahaha.. Shall I say wow? You’re so stupid man, Jaka!
Jaka Tarub : Who are you?
The Tree : I’m Tree and I will help you to find your wife in khayangan
Jaka Tarub : Are you serious? How can I do?
The tree : It’s so easy. You and your child must dance a hula-hula with the dangdut song. And I
will help you.
Jaka Tarub : Oh, Right.
SCENE 8#
After Jaka and Kumalasari finished their dance. The tree carry them in Khayangan. And tell the golden bird to help Jaka.
Golden Bird : Jaka, Follow me to find your wife
Jaka Tarub : Sure, Let’s go
SCENE 9#
Their find Wulan and her sister in a hall of khayangan.
Golden Bird : Wulan.. Yor husband is here. He want to talk you.
Wulan : Kang Jaka?
Fairies 3 : Come here Jaka, Please talk to my sister, and don’t make her sad
Jaka : Thank you,
Wulan : Kumalasari, my child. I miss you
Kumalasari : I miss you too, Mom. But, can I get some meals, foods. I’m hungry, Mom.
Wulan : Yes, Honey. You’re so fat.
Jaka : Forgive me, Wulan. I miss you so, I and Kumalasari cann’t life without you. Please,
come back with me
Kumalasari : Mom.. Dady love you. Come back with us in the earth.
Wulan : Oh.. Of Course
SCENE 10#
Jaka Tarub and his family come back in the earth and get a happy life. The End

Jumat, 08 Februari 2013

Suatu Kisah Yang Terukir:)

My Beloved Friends
saXti'
"Sebelas Exact Three"


Lihatlah gambar itu,
Begitu nampak jelas perbedaan antara si kucing dan si tikus.
Bahkan dalam sejarah hingga saat ini mereka adalah dua musuh pebuyutan.
Tom and Jerry pun menjadi pelopor kisah itu.
Tapi, apa makna dari semua itu?
Apakah memang, kucing dan tikus tidak bisa berteman? Apakah orang-orang yang memiliki watak yang berbeda tak bisa berteman?
Tentu saja bisa.
Kita bukanlah hewan. Kita manusia yang diberikan akal dan hati oleh Allah Subhana Wa Ta'ala:)
Jangan salahkan perbedaan. Jangan salahkan kekurangan.
Kita bersama saling melengkapi.

Hari ini kita menangis. Menumpahkan kekecewaan yang selama ini bergelanyut pada hati.
Hari ini kita menangis. Menumpahkan sedih yang selama ini terpendam.
Hari ini kita menangis. Ketika hati kecil kita merindukan kedamaian.
Hari ini kita menangis. Ketika kita merasa bersalah namun tak mampu tuk ungkapkan.

Ingatkah kamu saat ini? Ketika kita berusaha saling menerima satu sama lain.


Sekali saja, pejamkan matamu. Bayangkan mereka yang pernah hadir dalam hidupmu, meski singkat, tersenyumlah untuk mereka yang pernah membuatmu tertawa, untuk mereka yang menghadirkan bahagia saat bersamanya, untuk mereka yang pernah mendengarkanmu dalam tangis, untuk mereka yang menepuk pundakmu saat kau bersedih, dan untuk mereka yang pernah menemanimu dan menerimamu. Meski mereka pernah membuatmu kecewa, meski mereka membuatmu bersedih, membuatmu terluka, membuatmu akhirinya meneteskan butiran bening itu,.. Kau tahu, Mereka adalah teman. Sampai saat inipun juga masih bernama teman. Mereka teman ketika keadaan membuatmu sendiri. Mereka teman ketika kamu sedang gembira menyambut hari, mereka teman ketika kamu mendapat kesulitan. Mereka teman yang menganggapmu teman. Bayangkan, ketika kamu akhirnya sendiri, ketika tidak ada lagi orang-orang disisimu, ketika kau harus menahan kerinduan untuk memiliki satu saja yangg bernama teman. Tidak masalah bagaimana caramu menjalaninya, kamu butuh teman. Kita butuh teman, terlalu naif jika kita katakan kita tak butuh teman...
Cobalah, saat kau sedang menghadapi suatu masalah dan tak ada yang peduli padamu. Ketika hatimu tak kuat lagi menahannya sendiri. tak ada suara, sunyi. Tak ada seseorang yang sekedar mengirimkanmu pesan "Knpa?", tak ada lagi mereka yang datang padamu, mendekapmu, berkata dengan lirih "sabarlah, teman".
Bagaimana perasaanmu saat itu? Bagaimana perasaanmu yang sudah terbiasa dengan kehadiran seorang teman?  Ketika Tuhan marah padamu saat kau menyianyiakan kawan yang diberikan-Nya untuk merubah sikapmu menjadi lebih baik..

Tak ada lagi saat-saat seperti ini.. :(

"Photo di sunting"

Perbedaan presepsi./pendapat adalah hal yang wajar. Saat kamu merasa ini sedang dia merasa itu. Untuk kalian yang kusebut teman... Saling memaafkan tidak akan menjatuhkan pamor, saling memaafkan bukan hal yang tidak mungkin membawamu pada keadaan yang lebih baik, saling memaafkan dengan tulus bukan tidak mungkin membuatmu melepas segumpal beban dalam hati. Saling memaafkan bukan berarti akan memperburuk pencitraanmu dari orang lain. Justru dengan saling memaafkan kita akan bersatu. Cepat atau lambat, kita akan menyadari banyak hal. Dewasa adalah pilihan. Bukan tidak mungkin, mereka yang hari ini membuatmu menangis, mereka pula yang membuatmu menangis saat berpisah dengannya suatu saat nanti. Tinggal bagaimana Tuhan menyiapkan skenario terbaiknya untuk kita. Bagaimana peran kalian dalam teater hidup yang kalian perankan. Apakah akan berakhir happy ending ataukah sad ending. Kamu yang memilih. Ini hidupmu. Kemarinlah yang menyebabkan hari ini terjadi, dan hari ini yang akan menyebabkan hari esok dengan kamu sebagai pemeran utama. Kita memang bukan saudara sedarah, namun kita adalah keluarga dalam satu atap. 

Sadarkah kau kawan..
Dari awal kita telah mengukir cerita. Entahlah..
Awal masuk kita udah dapat hukuman. Kau ingat, ketika bu Martha meneriakkan kita "lari keliling lapangan 20 kali", Kala itu.. ada yang berpegang tangan, ada yang tertawa, meruntuk, bahkan kita bercanda saat itu.
Ingatkah saat kita terlambat masuk pelajaran mulok karena keasyikan nonton di lab bahasa? bahkan ada yang tidur disana.. Lalu kita di hukum untuk membersihkan bak sampah yang bau nya "Naudzubillah" Namun akhirnya kita hanya dihukum membersihkan satu sekolah.
Ingat tidak, ketika kita makan bekal bareng? Berbagi bersama..
Ketika belajar lulo bersama, ketika kita bermain ampar ampar pisang, ketika tian yang berulah dikeroyok oleh massa..
Ingat tidak, ketika seorang teman mendapat masalah diluar.. Kita membantunya...
Hingga akhirnya kemarin, kita dihukum lagi didepan tiang bendera dan disuruh menghadap kearah matahari..
Dan hari ini kita makan nasi goreng bersama dengan satu sendok.


Tuhan beri kita cobaan untuk kita benahi diri.
dan Tuhan tidak akan merubah keadaan kita kecuali kita yang merubahnya. Kini, jika bukan dari hati kita sendiri.. Siapa yang akan membenahi hubungan pertemanan itu?

#Teruntuk teman-teman di XI Exact 3. --Saya sayang kalian:)