Sabtu, 15 Februari 2014

Puisi Tema Narkoba- "Di ujung jurang harapan"


Seberkas cahaya melukiskan difraksi yang tajam,
menghujam tepat pada aksara waktu
kini, pun yang telah berlalu
tinggallah kisi dari masa yang kembali ku jenguk...

Ini sebab telah rapuh jiwaku,
yang mungkin menjadi ujung sang kaki berpijak
Aku telah menikmati tiap desah nafas ini, kembali...
Menyelami selasar hidup di ujung senja

Namun, sekelebat kisah menohok batinku,
menyisakan sesak tiada terperi...
Ini tentang Aku,
dan cairan dari suntik demi suntik yang pernah ku masukkan dalam tubuhku, kala itu...


Ingatkah, Mama..
Aku pada masa dimana malam pun enggan beranjak pergi
tanpa cahaya, bersama air mata dan kehampaan,
berharap jeda sejenak dalam kenikmatan benda haram yang karenamu ku pakai!


Maafkan aku, Mama..
Sikapmu, itu yang membunuhku, meracuni akal sehatku
dan.. kau baru tahu kini,
setelah sekian lama kau lihat perubahanku



Lihatlah aku, anakmu...

Seorang gadis yang kini hancur dihadapanmu, dipelukmu
memintamu agar tetap disisiku,
memintamu untuk berhenti dari kehidupan malammu,
memintamu untuk peduli padaku, didetik ini...

Mama,
Aku benci ditiap saat mereka menatapku,
memandang aku, pun seolah mahluk hina yang harus dijauhi!
yang hancur hidupnya, tanpa perhatian,
yang terpenjara oleh ilusi dan pergaulan bebas

Ya.. Kalian! Kalian tak perlu mengejaku untuk mengakuinya
sebab kalian telah lebih beruntung dibanding aku
sebab aku memang hampa kasih sayang,
dan aku pengguna narkoba!

Aku tahu, dan kalian pun perlu tahu...
tak ada gunanya ia meski kau pakau berulang-ulang, berjuta-juta...
Percuma! Bahkan kau akan terlihat lebih menyedihkan!
Seperti diriku, yang kini hanya berdiri disisi jurang harapan

Barang haram itu telah menghabisiku,
berlari pun percuma,
getir sesal yang kubenci kedatangannya kini menulusup diam-diam dirongga dadaku
sebab ku lihat lagu tangismu dalam gema...

Mama,

Yang ku mohon di akhir sajak ini,
biarkan aku tetap berada dalam hangat dekapmu,
menikmati sakit yang teramat ini
berharap pencabut nyawa lebih cepat datangnya...

***********************************************************
2013
Dibuat dalam rangka persiapan lomba puisi tema: Narkoba yang diselenggarakan oleh BNN, rencana dibawakan dan ide puisi yang be different, yaitu oleh Febrina Risky Amelia, adik kelasku yang everything -_- #haha. Meskipun tidak jadi tampil karena *something wrong, tapi proses latihan baca puisinya berkesan banget. Bersama dua instruktur, Al Putri Yana dan Runi Agristria. One of the best moment I ever had...


Rabu, 12 Februari 2014

quotes "Tere Liye"

Kita tidak usah jadi pengendali udara, pengendali air atau pengendali api. Kita cukup jadi pengendali hati saja.



“Kau tahu, Nak, sepotong intan terbaik dihasilkan dari dua hal, yaitu, suhu dan tekanan yang tinggi di perut bumi. Semakin tinggi suhu yang diterimanya, semakin tinggi tekanan yang diperolehnya, maka jika dia bisa bertahan, tidak hancur, dia justeru berubah menjadi intan yang berkilau tiada tara. Keras. Kokoh. Mahal harganya. 

“Sama halnya dengan kehidupan, seluruh kejadian menyakitkan yang kita alami, semakin dalam dan menyedihkan rasannya, jika kita bisa bertahan, tidak hancur, maka kita akan tumbuh menjadi seseorang berkarakter laksana intan. Keras. Kokoh."

--2 Novel "Negeri Para Bedebah" & "Negeri Di Ujung Tanduk", 


“Hanya perasaan sayang yang sebenar2nyalah yang bisa menghasilkan kebencian tak terhingga.”

"Sejatinya, rasa suka tidak perlu diumbar, ditulis, apalagi kaupamer-pamerkan. Semakin sering kau mengatakannya, jangan-jangan dia semakin hambar, jangan-jangan kita mengatakannya hanya karena untuk menyugesti, bertanya pada diri sendiri, apa memang sesuka itu.”

— Tere Liye, novel "Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah", novel tentang cinta yang sederhana.

"Terkadang dalam banyak keterbatasan, kita harus sabar menunggu rencana terbaik datang, sambil terus melakukan apa yang bisa dilakukan."

--Tere Liye, 'Kau, aku & sepucuk angpau merah'.

“Terkadang kesedihan memerlukan kesendirian, meskipun seringkali kesendirian mengundang kesedihan tak tertahankan.” 

― Tere Liye, novel "Kisah Sang Penandai"

Senin, 10 Februari 2014

Untuk dimengerti -

,


Aku adalah wanita ...
aku adalah kekuatan ... 
aku adalah kelembutan ...
dan, aku adalah ibu dari cinta

"Kalau kamu mau nangis, nangis aja... tapi ingat, kamu adalah perempuan. Kamu adalah perempuan yang kuat. Kalau kamu mau nangis, kamu harus punya alasan ,  menangislah untuk hal-hal yang baik, karena banyak perempuan yang menangis hanya untuk hal-hal yang sia-sia"

Banyak hal yang memang seharusnya berubah,
tapi hati yang lapang akan selalu menerima..
-untuk mereka yang berjiwa besar-
Semuanya akan baik-baik saja, percayalah




Selasa, 04 Februari 2014

Daybreak

"Membaca pagi, melepaskan kelabu"


Ranting-ranting patah, dedaunan basah, dan malam yang lekat dalam ingatan
Ingatkah, ketika kita saling mengeja dalam diam?
Mengarungi tiap noktah  dan frasa yang telah siap membersamai
Juga pada sorotan cahaya, kita membidiknya dengan tepat

Jika pun, kisi yang tengah kau lewati adalah temaram yang menyudutkan langkahmu
Keyakinan adalah penerang, 
Obor yang tak kan pernah mati, yang siap menjadi penuntun bagi orang-orang yang percaya..

hei, bukankah ditiap kesulitan selalu diapit oleh dua kemudahan? 
Maka, nikmat Tuhan mu yang manakah yang engkau dustakan?