Dibalik tirai sebuah masa yang entah rupanya,
Disanalah
telah kutunggu rona warna bercampur Satu
Benar
adanya tempat itu...
Disanalah
hanyutku memandang sehamparan langit nan biru
Tenggelam
untuk suatu waktu terbangunkan
Langit
itu masih sebiru harap dan rasaku
Masih
seindah letupan kisah yang beradu
Biru
tanpa hiasan sang pesolek
Mengapa tanpa awan?
Mengapa
tak ingin langitmu berhias awan lembayung?
Tak
kesepiankah kamu?
Senandung
damai ingin ku torehkan untukmu
Untuk
kisahmu disaat ranah bercampur dedaunan yang berguguran
Untuk
mimpimu disaat teduh pandangmu mulai beradu membentuk kasih
Untuk
jiwamu yang demikian adanya
Dan Untuk
hatimu ketika bait “Seandainya” pun menjadi angan belaka
Percayakah
kamu atas takdir yang telah ditetapkan-Nya?
Tak
perlu ada sela yang harus diisi,
Tak
mesti selalu ada kebetulan-kebetulan yang sempurna
Tak
harus ada bagian yang ditutupi
Disaat
kenyataan begitu dekat denganmu,
Meski
kau tak siap, ia hadir dan bukan sekedar
bualan
Disaat
kenyataan datang padamu, dalam bentuk lain dari “Berhentilah Berharap”
... Dan
bukankah takdir kita sudah jelas?
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar