Sabtu, 14 September 2013

Itu dia masalahnya!



Sekiranya statment itu benar adanya, sungguh keputusan yang telah saya ambil adalah kebijaksanaan. Me-review ulang ingatan hanya membuat sesak. Sudahlah, bagiku itu telah berlalu. Meskipun masih sering kalian lontarkan dalam derai tawa pertemuan yang kalian sebut lelucon. Lalu tertawa terpingkal-pingkal membayangkan betapa polos dan naifnya dia!

Memang bukan salah kalian berlaku seperti itu, lampaunya waktu mengantarkanku pada labirin usang penuh debu. Sederet untai kata kaya makna telah menyambut tajam. Seolah mendesak ingin membalas. Ah, semua berawal dariku saja, tak perlu kau tanya lagi..

Tapi, sadarkah?
Segelumit rasa tentu akan mengenai sesuatu bernama hati. Boleh jadi tepat berada dititik sendunya. Makna kata dan jalur presepsi tentu akan saling mengamit ketika lisan telah menguntai cerita. Itu dia masalahnya! Kau tahu itu akan melukai tapi tetap kau lakukan. Tak ada seandainya, karena telah terjadi itu.

Ini terserah kalian saja, urusan kalianlah saat membahasnya. Tak ingin ku tahu dan ku baca lagi. Cukuplah kalian tahu. Itu Aib! dan tak usah di bahas lagi. Telah pahamkah? Masih ada gelak tawa saat kau pahami ini? ku rasa tak perlu lagi ku jelaskan hukum menutup aib bagi saudara seiman padamu, bukankah kau lebih dulu tahu dariku?

Ini kisahku, juga jalan yang telah ku ambil.

Telah ku serahkan pada-Nya tentang rasa itu, atau bagaimana yang di rasakan hatiku saat kita masih bersama kemarin. Lalu menjadi buih yang ku harap akan hilang entah kemana.
Agar saya tak perlu meragu akan arti Percaya yang sesungguhnya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar