Kamis, 16 Januari 2014

Memoar seekor semut




Riuh angin mendeham di suatu sore, mengarak deretan awan kelabu disisi langit.
Kisah ini tentang seekor semut di dahan gahara, yang  meramu satu-dua butir sisa makanan...
ia ingin segera pulang, oleh sebab kerabat dan sanak telah menunggu disarangnya
namun, perjalanan masih begitu panjang

Matahari yang tadi bersinar cerah telah berganti,
Juga semilir asa yang dilambungkan dedaunan, kini pun telah berganti
Kabar-kabar burung telah bersahut-sahutan, membuat semut kecil semakin ciut untuk kembali
Sekali lagi pasir dan debu terbang bersama angin, menghalangi pandangan..

Tapi tidak, ia harus kembali..
Semut kecil yang sendirian, dan ketakutan.. kini berusaha berlari dan tetap bersama bawaannya
Sisa makan terlampau berarti baginya, dan pulang sesegera mungkin adalah tujuan
Sekalipun badai akan datang dari ujung mata, menerpa tubuh kecilnya

Setetes hujan hampir mengenainya, ia terus berlari..
Lagi, lagi dan lagi..
Semut kecil terjatuh, sisa makanannya pun demikian,
Tetes hujan semakin banyak jumlahnya

Tunggu, apa yang terjadi padanya? Benarkah ada butiran bening yang mengalir di wajahnya?
Semut kecil menangis, dia menangis !
Langkahnya gontai bangkit dan kembali mengangkat sisa makanan
Jika memang gagal, setidaknya ia telah berusaha;pun jika ia berhasil, maka ia bersyukur.. sangat bersyukur!

Ini soal tekad dan keyakinan,
tentang harapan yang begitu luas
Hingga semut kecil pun tiba di sarangnya, ditengah badai, ditemani seekor burung
Rupanya pertolongan segara datang padanya

Sisa makanan yang ia bawa tinggal sebutir, sisanya terhempas oleh badai
Sanak dan kerabat kini mengelilinginya, mendekap erat tubuh sayu dan lemas semut tadi
Sang burung tersenyum menikmati hangat suasana, yang membuatnya sadar akan arti perjuangan,
Perjuangan seekor semut untuk pulang ke sarangnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar